ETANOL
Etanol,
disebut juga etil alkohol, alkohol murni, atau alkohol, adalah
sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan
merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan
rumus kimia C2H5OH
dan rumus empiris C2H6O.
Etanol
sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et“ merupakan
singkatan dari gugus etil (C2H5).
Etanol
banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang
ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada
parfum, perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol
adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai bahan untuk sintesis
senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan
sebagai bahan bakar.
Ethanol
merupakan senyawa yang tidak terdapat secara bebas di alam. Zat ini
adalah golongan alkohol biasa atau alkohol primer yang dibuat dari
glukosa atau jenis gula yang lain dengan jalan peragian.
KARAKTERISTIK
BAHAN DAN PRODUK
Sifat-sifat:
- Ethanol merupakan zat cair jernih dan dapat tercampur dengan air dalam semua perbandingan (bersifat missible)
- Dapat melarutkan senyawa organik
BAHAN
BAKU
Bahan
baku untuk memproduksi ethanol dengan cara fermentasi dapat di
produksi dari 3 macam karbohidrat, yaitu:
Bahan-bahan
yang mengandung gula atau disebut juga sustansi sakharin, rasanya
manis seperti misalnya gula tebu, gula bit, molase (tetes),
macam-macam sari buah-buahan dan lain-lain.
Bahan
yang mengandung pati, misalnya: padi-padian, jagung, gandum, kentang
sorgum, malt, barley, ubi kayu dan lain-lain.
Bahan-baha
yang mengandung selulosa, misalnya: kayu, cairan buangan pabrik pulp
dan kertas (waste sulfite liquor)
1.
Substansi Sakharin
Pada
umumnya sebagai media untuk produksi alkohol secara komersial pada
industri fermentasi alkohol. Di Indonesia dipakai tetes (molase) yang
bisadidapatkan setelah sakharosanya dikristalisasi dan disentrifuse
dari sisi gula tebu. Sisa tetes/cairan ini disebut sebagai “black
strap mollase” yang
merupakan campuran kompleks yang mengandung sakharosa, gula invert,
garam-garam dan bahan-bahan non gula. Bahan-bahan ini antara lain
karamel yag terjadi karena pemanasan gula, melanoidin yang mengandung
nitrogen dan terdapat pula hidroksi metil furfural, asam formiat dan
lain-lain. Kualitas molase yang dihasilkan dari suatu industri gula
dipengaruhi oleh cara pembersihan niranya.
2.
Mikroba Frementasi
Dalam
proses fermentasi alkohol digunakan ragi. Ragi ini dapat merubah
glukosa menjadi alkohol dan gas CO2.
Ragi merupakan mikroorganisme bersel satu, tidak berklorofil dan
termasuk golongan Eumycetes.
Pada
umumnya ragi yang dipakai untuk membuat alkohol adalah jenis
Saccharomyces
cerevisiae,
yang mempunyai pertumbuhan sempurna pada suhu ± 30oC
dan pH 4,8.
PROSES PRODUKSI ETANOL
Pada dasarnya ada 2 macam cara pembuatan etanol, yaitu:
Secara sintesis,
dilakukan dengan menggunakan reaksi elementer ( hidrasi katalitik
etena), untuk mengubah bahan baku menjadi etanol. Adapun secara
fermentasi, dilakukan dengan bantuan aktifitas mikroorganisme.
Fermentasi
bioetanol
Proses
produksi bioetanol dari tetes (molase)
1.
Pengolahan Tetes
Pengolahan
ini dimaksudkan untuk mendapatkan kondisi yangoptimumkan
untuk pertumbuhan ragi dan untuk selanjutnya. Yang perlu
disesuaikan dalam pengolahan ini adalah pH, konsentrasi gula dan
pemakaian nutrisi.Tetes yan dihadapkan dari pabrik gula biasanya
masih terlalu paket (850
Brix),oleh
karena itu perlu diadakan pengenceran lebih dahulu untuk
mendapatkankadar gula yang optimum (120
Brix
untuk pembibitan dan 240
Brix
padafermentasi).Pengaturan pH diatur dengan penambahan asam H2SO4
hingga dicapai pH 4 – 5.Meskipun tetes cukup mengandung zat sumber
nitrogen namun seperti ammonium sulfat atau ammonium fosfat
2.
Tahap Penimbangan Tetes
Pada penimbangan
tetes ini dipakai jenis timbangan cepat dengan kapasitas timbang
tertentu, dilengkapi dengan alat pembuka dan penutup berupa katup
buangan yang dioperasikan secara manual. Dan juga panel on-off pompa
tetes yang yang diatur secara otomatis. Cara kerjanya dengan
menimbang tetes yang dipompa dari gudang penyimpan tetes untuk setiap
harinya.
3.
Tahap Pencampuran Tetes.
Tahap
pencampuran tetes ini menggunakan tangki pencampur tetes dengan
kapasitas tertentu yang dilengkapi pancaran uap air panas (steam),
yang berfungsi sebagai pengaduk dan pemanas tetes. Cara kerjanya
yaitu pertamatama air panas bersuhu 70o C dimasukkan ke dalam tangki
pencampur tetes (mixing tank), kemudian disusul dengan tetes yang
telah ditimbang. Setelah itu disirkulasi dengan menggunakan pompa
hingga tetes dan air tercampur dengan baik. Pencampuran dianggap
selesai dengan indikasi kepekatan mencapai 90o brix dan dipanskan
dengan uap air panas (steam) sampai suhunya mencapai 90o C. Tujuan
diberikannya air panas adalah untuk mempercepat proses pelarutan,
sedangkan pemanasan dengan uap air panas (steam) adalah untuk
sterilisasi larutan tetes. Setelah semua tercampur dengan baik
ditambahkan asam sulfat (H2SO4) teknis dengan kepekatan 96,5 % sampai
pH mencapai 4,5 - 5. Pemberian asam sulfat (H2SO4) ini bertujuan
untuk mengendapkan garam garam mineral di dalam tetes dan untuk
memecah di-sakarida (sukrosa) didalam tetes menjadi monosakarida
berupa senyawa d-glukosa dan d-fruktosa.
4.
Tahap pengendapan
Pada
tahap pengendapan ini menggunakan tangki yang dilengkapi dengan pipa
decanter. Pada tahap ini larutan tetes dengan kepekatan 40o brix dari
tangki pencampur ditampung dalam tangki ini dan diendapkan selama 5
jam untuk mengendapkan kotoran-kotoran tetes (sludge), terutama
endapan garam. Pengendapan ini bertujuan untuk mengurangi kerak yang
terjadi pada mash column (kolom destilasi pertama). Setelah 5 jam,
cairan tetes dipompa menuju tangki fermentor melalui decanter dan
heat exchanger (HE). Heat exchanger ini berfungsi untuk menurunkan
suhu sampai 30oC
sebagai syarat operasi fermentasi. Sedangkan cairan sisa yang berupa
endapan kotoran-kotoran dan sebagian cairan tetes dipompa ke tangki
pencuci endapan kotoran tetes (tangki sludge).
5.
Tahap
Separator
Tangki
Pencuci Endapan Kotoran Tetes.
Sisa
cairan tetes sebanyak ± 5% volume dari tangki pengendap tetes yang
berupa endapan kotoran-kotoran dipompa keluar dari tangki pengendap
melalui pipa decanter untuk ditampung di tangki sludge hingga
mencapai volume tertentu. Kemudian cairan tetes diendapkan hingga
waktu tertentu untuk selanjutnya dipompa kembali ke tangki mixing.
Tujuan pencucian kotoran tetes ini adalah untuk efisiensi bahan baku
berupa tetes agar bahan baku dapat dipakai semaksimal mungkin tanpa
harus membuang sebagian yang tersisa.
6.
Tahap
Fermentasi
Proses
fermentasi ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap pembiakan
ragi dan fermentasi.
Tahap
pembiakan ragi
Tahap
ini menggunakan tangki prefermentor yang dilengkapi pipa aliran udara
dan pipa aliran air pendingin pada bagian luar dinding tangki. Tahap
ini bertujuan untuk mengembangbiakkan ragi jenis saccharomyces
cereviseae
dengan
menggunakan media tetes. Untuk pembuatan larutan ragi, mula-mula
diawali dengan cara memasukkan air proses bersuhu 15o C dan tetes 40o
brix dari tangki pengendap tetes ke dalam tangki seeding dan
mencampurnya hingga mencapai kekentalan sekitar 12 - 13o brix yang
disertai aliran udara dari blower dengan fungsi ganda yaitu untuk
mempercepat tercampurnya tetes dengan air dan juga untuk konsumsi
kebutuhan oksigen bagi ragi saccharomyces
cereviseae yang
berlangsung pada suasana aerob. Selain itu juga menjaga suhu tangki
konstan pada 30o C dengan mengalirkan air pada dinding luar tangki.
Jika tidak dijaga, maka ragi sedang dikembangbiakkan akan terganggu
kelangsungan hidupnya dan kemudian akan mati. Kemudian memasukkan
ragi roti (gist) yang telah dilarutkan dengan air secukupnya. Untuk
nutrisinya, dimasukkan urea, diammonium phospat, dan ammonia. PHP
juga ditambahkan ke
dalam
larutan ini dengan tujuan untuk mempertahankan pH agar tetap konstan
yaitu 4.5 – 5. Dari hasil campuran ini didapatkan biakan ragi. Pada
Tangki pre-fermentor terdapat beberapa
reaksi
yaitu: reaksi hidrolisa, reaksi penguraian urea serta reaksi
pertumbuhan yeast. Asumsi pada reaksi hidrolisa adalah konversi yang
terjadi 95%. Persamaan reaksi hidrolisa sebagai berikut: C12H22O11
+H2O
2C6H12O6
Persamaan
reaksi pada 95% konversi proses penguraian urea adalah:
(NH2)2CO
+ H2O 2NH3
+ H2O
Persamaan
reaksi untuk pertumbuhan yeast adalah:
C6H12O6
+ 3.198O2 + 0.316NH3
1.929CH1.703N0.171O0.459 +4.098CO2+ 4.813H2O (∆Hr 298 =
-855.7055 kcal/kg)
Tahap
fermentasi
Tahap
ini menggunakan tangki fermentor dengan dilengkapi pipa aliran udara
dan pipa aliran
air
pendingin yang berasal dari air sungai untuk menjaga suhu fermentasi
pada 30-32o C. Fermentasi ini bertujuan untuk mendapatkan alcohol
dengan kadar 8,5 – 9 % atau lebih. Pertama-tama dimulai dengan
sterilisasi tangki fermentor yamg masih kosong dengan uap
air
panas (steam) sampai suhu 121o C lalu membiarkan suhu di dalam tangki
turun sampai 30o C. Setelah itu memasukkan air proses dengan suhu 30o
C, larutan tetes 40o brix, proses fermentasi ini berjalan secara
aerob. Selanjutnya biakan ragi yang telah dibiakkan pada tangki
pre-fermentor dipompa masuk ke tangki fermentor. Setelah itu, tetes
40o brix dipompa masuk ke tangki dan proses berlangsung selama 36
jam. Untuk pH larutan ini dijaga sekitar 4,5 - 5. Kemudian memasukkan
ragi roti yang telah dilarutkan dengan air secukupnya dan yeast
cream. Untuk nutrisinya, dimasukkan urea, ammonium, dan diammonium
phospat. Sedangkan turkey red oil ditambahkan sebagai anti foam untuk
mencegah pembentukan foam selama proses terjadi. Hal ini dilakukan
selama 15 menit setelah persiapan media pada tangki fermentor
selesai. Kemudian dimasukkan ke dalam 2 tangki fermentor pada waktu
yang disesuaikan dengan jam awal fermentasi. Tahap fermentasi ini
berlangsung selama 24 jam hingga kadar alkohol mencapai 8,5 - 9% dan
kekentalan 6,5 - 7o brix. Setelah kadar alkohol sebesar 8,5 - 9%
terpenuhi, larutan hasil fermentasi dipompa menuju separator untuk
dipisahkan antara hasil fermentasi (cairan mash) dengan ragi (yeast
cream). Separator ini menggunakan alat rotary vacuum filter yang
merupakan alat dengan prinsip vacuum sehingga
ragi
(yeast cream) dan cairan hasil fermentasi (cairan mash) yang
memilliki perbedaan massa jenis dapat dipisahkan. Ragi yang
didapatkan masih dalam konsentrasi yang tinggi. Dari hasil fermentasi
tidak semuanya dipisahkan raginya, hanya sekitar 80-90% saja. Sisanya
10-20% tidak diambil raginya karena mengandung kotorankotoran sisa
berupa endapan garam mineral. Hasil fermentasi yang telah dipisahkan
ini langsung masuk ke tangki mash (mash tank). Dan selanjutnya
didestilasi hingga menjadi alkohol prima (fine alkohol) dengan kadar
mencapai 96,5%. Pada tahap fermentasi ini terjadi reaksi hidrolisa,
dimana sukrosa diubah menjadi glukosa. Persamaan reaksi hidrolisa
yaitu:
C12H22O11
+H2O
2C6H12O6
Sedangkan
reaksi utama adalah reaksi fermentasi, dimana glukosa diubah menjadi
etanol dan air. Persamaan reaksinya adalah:
C6H12O6
2
C2H5OH + 2CO2
Pada
main fermenter selain terbentuk etanol, juga akan terbentuk produk
samping. Hasil samping dalam persen berat (%gula) adalah sebagai
berikut:
Asam
asetat = 0,65%
Fusel
Oil = 0,85%
Asetaldehid
= 0,05%
Reaksi
samping yang terjadi pada main fermenter yaitu:
C6H12O6
C3H8O3
+ CH3CHO + 2 CO2
C6H12O6
+ H2O 2
C3H8O3 + CH3COOH + C2H5OH + 2CO2 (∆Hr 298 = -324.3860 kcal/kg)
Komponen
pada fusel oil meliputi:
Propanol
= 12,5 %
Isobutyl
alcohol = 15 %
Amyl
alcohol = 30 %
Isoamyl
alcohol = 32,5 %
Etanol
= 10 %
7.
Tahap Distilasi
Produk
hasil fermentasi mengandung alkohol yang rendah, disebut bir
(beer)dan sebab itu perlu di naikkan konsentrasinya dengan jalan
distilasi bertingkat.Beer mengandung 8 – 10% alkohol.Maksud dan
proses distilasi adalah untuk memisahkan etanol dari campuranetanol
air. Untuk larutan yang terdiri dari komponen-komponen yang
berbedanyata suhu didihnya, distilasi merupakan cara yang paling
mudah dioperasikandan juga merupakan cara pemisahan yang secara
thermal adalah efisien.Pada tekanan atmosfir, air mendidih pada 1000C
dan etanol mendidih padasekitar 770C. perbedaan dalam titik didih
inilah yang memungkinkan pemisahancampuran etanol air.Prinsip : Jika
larutan campuran etanol air dipanaskan, maka akan lebih
banyak molekul etanol menguap dari pada air. Jika uap-uap ini
didinginkan(dikondensasi), maka konsentrasi etanol dalam cairan yang
dikondensasikan ituakan lebih tinggi dari pada dalam larutan aslinya.
Jika kondensat ini dipanaskan lagi dan kemudian dikondensasikan, maka
konsentrasi etanol akan lebih tinggi lagi. Proses ini bisa diulangi
terus, sampai sebagian besar dari etanol dikonsentrasikan dalam suatu
fasa. Namun hal ini ada batasnya. Pada larutan 96% etanol, didapatkan
suatu campuran dengan titik didih yang sama(azeotrop). Pada keadaan
ini, jika larutan 95-96% alkohol ini dipanaskan, maka rasio molekul
air dan etanol dalam kondensat akan teap konstan sama. Apabila kadar
etanolnya sudah 95% dilakukan dehidrasi atau penghilangan air. Untuk
menghilangkan air bisa menggunakan kapur tohor atau zeolit sintetis.
Tambahkan kapur tohor pada etanol. Biarkan semalam. Setelah itu
didistilasi lagi hingga kadar airnya kurang lebih 99.5%.
Fermentasi
etanol dari bahan yang mengandung pati
Proses produksi
etanol dari hasil pertanian yang mengandung pati ( seperti jagung,
gandum, dan lain-lain) hampir sama dengan proses produksi etanol
dengan bahan dasar molase. Namun, dalam proses fermentasi kali ini,
pada tahap awal akan dibutuhkan proses tambahan yang tidak dilakukan
pada fermentasi molase. Tahap tahap nya adalah sebagai berikut:
1.
Proses Gelatinasi
Dalam proses
gelatinasi, bahan baku ubi kayu, ubi jalar, atau jagung dihancurkan
dandicampur
air sehingga menjadi bubur, yang diperkirakan mengandung pati 27-30
persen.Kemudian bubur pati tersebut dimasak atau dipanaskan selama 2
jam sehingga berbentuk gel. Proses gelatinasi tersebut dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu:Bubur pati dipanaskan sampai 130oC
selama 30 menit, kemudian didinginkan sampaimencapai temperatur 95oC
yang diperkirakan memerlukan waktu sekitar ¼ jam. Temperatur 95oC
tersebut dipertahankan selama sekitar 11/4 jam, sehingga total waktu
yang dibutuhkan mencapai 2 jam. Bubur pati ditambah enzyme termamyl
dipanaskan langsung sampai mencapai temperatur 130oC
selama 2 jam. Gelatinasi cara pertama, yaitu cara pemanasan bertahap
mempunyai keuntungan , yaitu pada suhu 950C
aktifitas termamyl merupakan yang paling tertinggi, sehingga
mengakibatkan yeast atau ragi cepat aktif. Pemanasan dengan suhu
tinggi (1300C)
pada cara pertama ini dimaksudkan untuk memecah granula pati,
sehingga lebih mudah terjadi kontak dengan air enzyme. Perlakuan pada
suhu tinggi tersebut juga dapat berfungsi untuk sterilisasi bahan,
sehingga bahan tersebut tidak mudah terkontaminasi. Gelatinasi cara
kedua, yaitu cara pemanasan langsung (gelatinasi dengan
enzymetermamyl) pada temperature 130oC menghasilkan hasil yang kurang
baik, karenamengurangi aktifitas yeast. Hal tersebut disebabkan
gelatinasi dengan enzyme pada suhu130oC
akan terbentuk tri-phenyl-furane yang mempunyai sifat racun terhadap
yeast.Gelatinasi
pada suhu tinggi tersebut juga akan berpengaruh terhadap penurunan
aktifitastermamyl, karena aktifitas termamyl akan semakin menurun
setelah melewati suhu 95oC(Wasito, 1981).
2.
Proses Saccharifikasi
Tahap
sakarifikasi merupakan tahap pemecahan gula kompleks menjadi gula
sederhanayang dilakukan pada sebuah tabung pada rangkaian peralatan
untuk produksi bioethanol.Saccharifikasi melibatkan proses sebagai
berikut:
•
Pendinginan bubur
sampai suhu optimum enzim sakarifikasi bekerja
•
Pengaturan pH
optimum enzim• Penambahan enzim (glukoamilase) secara tepat
•Mempertahankan
pH dan temperature pada rentang 50 sd 600C, sampai proses
saccharifikasi selesai (Dilakukan dengan pengetesan gula sederhana
yang dihasilkan).
3.
Fermentasi
Proses fermentasi
akan berjalan beberapa jam setelah semua bahan dimasukkan ke dalam
fermentor. Kalau anda menggunakan fermentor yang tembus padang (dari
kaca misalnya), maka akan tampak gelembung-gelembung udara
kecil-kecil dari dalam fermentor. Gelembung-gelembung udara ini
adalah gas CO2 yang dihasilkan selama proses fermentasi.
Kadang-kadang terdengar suara gemuruh selama proses fermentasi ini.
Selama proses fermentasi ini usahakan agar suhu tidak melebihi 36oC
dan pH nya dipertahankan 4.5 – 5. Proses fermentasi berjalan kurang
lebih selama 66 jam atau kira-kira 2.5 hari. Salah satu tanda bahwa
fermentasi sudah selesai adalah tidak terlihat lagi adanya
gelembung-gelembung udara. Kadar etanol di dalam cairan fermentasi
kurang lebih 7% – 10 %.
4.
Distilasi dan Dehidrasi
Setelah proses
fermentasi selesai, masukkan cairan fermentasi ke dalam evaporator
atau boiler. Panaskan evaporator dan suhunya dipertahankan antara 79
– 81oC. Pada suhu ini etanol sudah menguap, tetapi air tidak
menguap. Uap etanol dialirkan ke distilator. Bioetanol akan keluar
dari pipa pengeluaran distilator. Distilasi pertama, biasanya kadar
etanol masih di bawah 95%. Apabila kadar etanol masih di bawah 95%,
distilasi perlu diulangi lagi (reflux) hingga kadar etanolnya 95%.
Apabila kadar etanolnya sudah 95% dilakukan dehidrasi atau
penghilangan air. Untuk menghilangkan air bisa menggunakan kapur
tohor atau zeolit sintetis. Tambahkan kapur tohor pada etanol.
Biarkan semalam. Setelah itu didistilasi lagi hingga kadar airnya
kurang lebih 99.5%
sumber:
Fuel from Farms - A Guide to Small Scale Ethanol Production, Solar
Energy Research Institute (SERI),
1617 Cole Boulevard, Golden, CO 80401.
Memproduksi alkohol
dari alkena
Pembuatan etanol
dari etena dalam skala produksi
Etanol dibuat dalam
skala produksi dengan mereaksikan etena dengan uap. Katalis yang
digunakan adalah silikon dioksida padat yang dilapisi dengan asam
fosfat(V). Reaksi yang terjadi dapat balik (reversibel).
Diagram alir untuk
reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut:
Kegunaan etanol
Spirit (minuman
keras) bermetil yang diproduksi dalam skala industri
Etanol biasanya
dijual sebagai spirit (minuman keras) bermetil yang diproduksi dalam
skala industri yang sebenarnya merupakan sebuah etanol yang telah
ditambahkan sedikit metanol dan kemungkinan beberapa zat warna.
Metanol beracun, sehingga spirit bermetil dalam skala industri tidak
cocok untuk diminum.
Sebagai bahan
bakar
Etanol dapat dibakar
untuk menghasilkan karbon dioksida dan air serta bisa digunakan
sebagai bahan bakar baik sendiri maupun dicampur dengan petrol
(bensin). "Gasohol" adalah sebuah petrol / campuran etanol
yang mengandung sekitar 10 – 20% etanol. Karena etanol bisa
dihasilkan melalui fermentasi, maka alkohol bisa menjadi sebuah cara
yang bermanfaat bagi negara-negara yang tidak memiliki industri
minyak untuk mengurangi import petrol mereka. Reaksi yang terjadi :
Sebagai pelarut
Etanol banyak
digunakan sebagai sebuah pelarut. Etanol relatif aman, dan bisa
digunakan untuk melarutkan berbagai senyawa organik yang tidak dapat
larut dalam air. Sebagai contoh, etanol digunakan pada berbagai
parfum dan kosmetik.
salam kenal mbak, saya badra mahasiswa dari universitas diponegoro. maaf mbak mau tanya reaksi samping pada main fermentor fererensinya dari buku apa ya kalau boleh tau?
BalasHapusterimakasih
ini nomer saya mbak, 089667928119
mohon bantuanya
Mba salam kenal, perbandingan antara etanol dan pelarut itu kira kira berapa yah?
BalasHapus